Sabtu, 17 November 2012

Titik Balik



1 Muharram 1434 H.


Pukul 03.18

Dalam sebuah fungsi matematika ada kalanya grafik menurun hingga tiba di suatu titik, grafik tersebut berhenti lalu berbalik. Itulah titik balik.

Dan itu yang sedang kurasakan, terus menurun. Satu persatu masalah datang silih berganti seolah tak pernah berhenti. Tekanan besar tanpa hati yang lapang terbukti menyusahkan. Sampai sempat terpikir mungkinkah harus dikorbankan prinsip-prinsip yang sudah lama dipegang. Rasa takut kehilangan terhadap apa yang belum pasti dijanjikan. Tuntutan hebat atas apa yang sudah diemban. Dan berulang kali me-recode ulang harapan. Membuat beragam rencana tuk realisasi mimpi menjadi kenyataan.

Hingga suatu ketika kesadaran tersentak. Menengok kebelakang seperti tersesat dari tujuan. Jauh. Jauh harapan dengan kenyataan.

Rezeki, jodoh dan maut adalah sebuah kepastian. Dan hal menarik disini adalah itu semua misteri masa depan. Begitu sibuknya kita mengejar rezeki dan jodoh yang pemanis dunia. Hingga melupakan maut yang mengelilingi kita.  
 
Rezeki. Seperti yang sudah diyakini. Yang namanya rezeki adalah apa yang kita sedekahkan, apa yg kita belanjakan dan apa yang kita makan bukan apa yang ada ditangan. Rezeki adalah sebuah pilihan diantara dua jalan. Halal dan haram. Hasilnya sama cara mendapatkan yang berbeda. Nilainya sama namun keberkahannya tak serupa.

Jodoh. Ah lagi-lagi tentang jodoh. Hal unik dan tak bisa dihubungkan dengan matematik. Jodoh seperti perhitungan kuantum elektron dalam atom. Probabilitas keberadaannya satu. Tapi tak bisa dipastikan di titik tertentu. Jodoh adalah rahasia Ilahi. Kita hanya berprasangka baik semoga jodoh kita shalihah di bumi atau bidadari di surga yang menanti.

Maut. Mendengarnya pun bergidik. Membicarakannya pun berbisik. Maut datang seperti pedang memotong angan-angan panjang. Datang menyapa tanpa memandang siapa. Membuat orang terkesiap apalagi yang tak bersiap-siap.

Titik balik. Sebuah pilihan ataukah hidayah Tuhan?
Rasul pernah berdoa: " Ya Rabbana, semoga islam jaya dengan sebab salah seorang dari dua Umar."
Duhai saudaraku, pernah kah terpikir bila seandainya kita salah satu dari dua orang bernama sama, berkelakuan jahil yang sama. Dan sama sama didoakan Rasul, namun Rasul menyerahkan pilihan siapa yang diselamatkan kepada Allah. Itulah yang terjadi pada dua Umar yakni Umar bin Khattab dan satu lagi Amr bin Hisyam atau yang terkenal dengan Abu Jahal.
 
"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan ditengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali kali tidak dapat keluar daripadanya? Demikianlah kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan." (Q.S. 6 Al-An'am : 122)
 
ternyata Umar bin Khattab yang masuk islam. Dialah yang dimaksud dengan "orang yang tadinya mati kemudian dihidupkan" dan Amr bin Hisyam yang dimaksud dengan "orang yang tetap dalam kegelapan."
 
Rabbi, sungguh beruntung titik balik Umar bin Khattab dan sungguh merugi titik balik Amr bin Hisyam.
 
Maka saudaraku, selama pilihan titik balik di tangan kita, maka pilihlah untuk berubah dan bertaubat. Berhijrah dari kejahiliahan ke terangnya cahaya islam.

Selama masih ada jalan. Selama nadi masih berdenyut ditangan. Yakinlah istirahat kita saat menjejak surga. Kenikmatan abadi dan tertinggi kita saat memandang Wajah Sang Pencipta.
 
Selamat tahun baru hijriah 1434 H.
____________________________________________________________
Untuk setiap saudara yang mencari titik balik menjadi manusia yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

This Time for Africa

Gereja Christuskirche saat senja di Windhoek, Namibia If you get down get up, oh oh When you get down get up, eh eh Tsamina mina z...