Puncak Ciremai (dok.pribadi)
"Kebersamaan lebih indah daripada puncak"
-Quote di salah satu papan petunjuk menuju puncak-
Setelah menjelajah Kawah Ratu diantara tebaran sulfur puncak
Halimun, sesudah menjejak pasir pasir hitam di angkuhnya Anak Krakatau.
Maka sekarang saya bercerita tentang ekspedisi menjadi orang tertinggi
di tanah Jawa Barat.
Ciremai, terletak kokoh didekat kota Cirebon. Perjalanan yang
dimulai dengan menaiki bus antar kota Jakarta-Kuningan jam 11 malam dari
kampung Rambutan.
Enam jam. Waktu yg diperlukan untuk mencapai Terminal Harjamukti,
Cirebon. Pukul 05.23. Aneh, karena rumah saya di kelurahan Harjamukti,
Depok dan sekarang berada di terminal Harjamukti, Cirebon. Dari
Harjamukti ke Harjamukti, salah satu hal misteri di dunia dimana saya
ingin mengetahui adakah hubungan antara Harjamukti Depok dengan Cirebon?
Setelah menurunkan penumpang, maka bus kami menuju Kuningan. Jalan
menuju titik pendakian jalur pendakian Palutungan sangat indah. Samar
samar garis pantai Cirebon terlihat di segarnya udara pagi ini.
Setelah sampai di Kuningan, perjalanan di lanjutkan dengan angkot
menuju pos pendakian Ciremai jalur Palutungan, Desa Cisantana Kecamatan
Cigugur Kabupaten Kuningan di ketinggian 1100 mdpl. Disinilah basecamp
untuk persiapan terakhir sebelum berangkat, setelah mendapat SIMAKSI
dari petugas BTNGC (Balai Taman Nasional Gunung Ciremai) maka pukul 9
pagi hari sabtu tanggal 29 desember 2012, Bismillah kita berangkat.
Pos pertama yang harus dicapai yakni Cigowong, yg merupakan satu
satunya sumber air di bawah karena tidak ada lagi sumber air di pos pos
selanjutnya. Perjalanan ke Cigowong pun memakan waktu lebih dari 3 jam,
setelah melewati peternakan sapi, perkebunan sayur, padang ilalang,
serta hutan pinus. Di Cigowong kami istirahat, makan plus shalat Jama.
Perjalanan selanjutnya berturut turut mulai memasuki vegetasi hutan
tropis, melintasi alat detektor macan, naik turun lembah dengan membawa
ransel penuh air.
Hampir setiap pos kami beristirahat, dari 13 orang terdapat 5 perempuan yg ikut tim kami.
Berturut turut pos demi pos kami lewati, mulai dari Kuta -
Pangguyangan Badak - Arban. Di Arban kami bertemu pendaki lain yang
berkemah disana. Konon pos Arban terkenal angker, sampai sampai ada
papan peringatan Dilarang Bicara Sembarangan.
Setelah istirahat sejenak, kami melanjutkan perjalanan ke pos
selanjutnya yakni Tanjakan Assoy, sesuai namanya untuk kesana kita
menanjak terus di jalur air yang curam, bahkan salah satu dari kami
sempat terjatuh, menyebabkan kakinya terkilir. Dikarenakan hari sudah
mulai gelap, dan ada yang terluka maka kami memutuskan berkemah di pos
Tanjakan Assoy.
Setelah menggelar kemah, maka kami mulai membuat makan malam. Dan
ternyata stok logistik melimpah ruah (salah satu keuntungan membawa
anggota tim perempuan)
beberapa dari kami ada yang menunjukan kebolehannya memasak. Salah
satu laki laki memasak nasi liwet yang enak sekali. Dan satu perempuan
mencoba memasak nasi. (Perhatikan kawan, saya selalu percaya bahwa laki
laki lebih hebat memasak dibanding perempuan) #nooffense :p
Saya sendiri memilih makan roti saja, karena takut tar "nyemak" lagi
digunung kalo makan nasi. Oiya satu lagi kawan, jangan lupa ganti baju,
saya sendiri ganti baju setelah baju saya basah lepek oleh keringat,
ini bukan untuk kenyamanan tapi untuk keselamatan. Karena suhu badan
yang panas saat mendaki, ketika kita istirahat akan merasakan dinginnya
baju yg basah. Jika tdk segera diganti maka suhu tubuh yg tadinya panas
langsung drop turun, dan mengakibatkan hypotermia. Saya baca berita
beberapa hari setelah saya turun dari gunung Ciremai, ada pendaki yang
meninggal saat turun karena hypotermia di pos Cigowong.
Setelah makan, ganti baju dan shalat kami sepakat melanjutkan
pendakian esok pagi. Hujan turun gerimis dan masing-masing dari kita memilih
istirahat di tenda. Ada 3 tenda, 2 tenda untuk laki laki yg masing
masing diisi 4 orang dan 1 tenda untuk perempuan yg diisi 5 orang.
Seiring malam, ternyata hujan bertambah deras. 1 tenda perempuan dan
1 tenda laki laki kebanjiran. Sedang tenda saya sendiri hanya basah di
ujung dan tengah. Beberapa laki laki yg di tenda satunya memindahkan
tenda perempuan di tengah hujan di tengah hutan di malam gelap gulita.
What a heroic moment. :')
hujan baru reda jam 12an malam, kami pun baru tertidur lelap selepas jam 12.
Jam 04.30 kami bangun setelah shalat shubuh, kami bersiap menuju
puncak. Kami sepakat tenda dan peralatan lain kita tinggalkan di pos,
kami hanya membawa logistik seadanya. Setelah sarapan pukul 05.30 kami
berangkat, karena tidak membawa ransel, perjalanan pun lebih mudah.
Menikmati udara segar pagi hutan ciremai ditemani semaraknya kicauan
burung burung.
Indah. Hidup itu indah. Meski kita pasti punya masalah. Disini kita
diingatkan bahwa Tuhan sangat besar memberikan kepada kita anugerah.
Pos demi pos makin mendekatkan kami ke puncak. Pos pesanggrahan
masih banyak tanaman tinggi, tapi mendekati pos Goa Walet, vegetasi
mulai berubah. Tanaman perdu dimana mana, edeilweiss tak lupa terlihat.
Melewati pos goa walet pemandangan sangat menakjubkan. Terlihat gunung Slamet dari kejauhan. Desa desa kecil di kuningan.
Dan sekitar jam 10.10 saya sampai di puncak ciremai kawan.
Kau tahu kawan, kenikmatan terasa lebih indah saat kita menggapainya dengan berlelah lelah.
When the view changes,
you know you've reached the top.
Unless you
pass out from altitude sickness,
or someone beats you to the top,
or you
freeze to death.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar