Sabtu, 16 Februari 2013

Hanya yang mencintai, yang akan mengerti

(Sumber gambar www.123people.com)





"Dalam fisika," tutur temanku mengingatkan. "terkadang sebuah sistem perlu diberi gangguan agar bisa diamati." katanya meyakinkan. Sederhananya sebuah logam dapat diketahui konduktivitas listriknya ketika  diberikan aliran listrik. Begitulah alam memberi pelajaran dan memberi bahan perenungan. Sistem apapun itu, jika ingin mengamati apa yang terkandung didalamnya, beri saja ia gangguan, lalu kita lihat bagaimana sistem didalamnya merespon gangguan tersebut. Begitupun dengan manusia, terkadang Allah memberi 'gangguan' kepada manusia berupa sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta dan jiwa. Dan ternyata setiap manusia memberi respon berbeda.

Adalah Rasulullah mengabarkan janji dan berita gembira akan takluknya Syria beserta istana merahnya, Persia beserta istana putihnya, dan Yaman beserta gerbang - gerbang kotanya. Dan sang Rasul pun mengabarkan hal tersebut bukan di saat bahagia atau di saat damai sentausa, tetapi Beliau mengabarkan saat kaum muslimin Madinah berada dalam cobaan paling berbahaya. Di perang Khandaq, ketika sedang menggali parit. Perang Khandaq adalah peperangan terberat yang dialami kaum muslimin Madinah. Jika Badar mengharuskan berhadapan dengan karib kerabat sendiri dan Allah karuniakan kemenangan. Jika Uhud mengharuskan menerima kenyataan pahit syahidnya 70 sahabat dan dipergilirkan menerima kekalahan. Maka di perang Khandaq inilah kaum muslimin berhadapan dengan seluruh kekuatan yang bermusuhan dengan Islam. Saat kaum muslimin berkejaran dengan waktu agar bisa menyelesaikan parit sebelum pasukan ahzaab yang terdiri 10.000 orang, pasukan yang terdiri dari Quraisy dan kabilah arab musyrikin datang. Inilah perang paling berat, sampai - sampai para sahabat tidak bisa meninggalkan posisi berjaga dalam perang, untuk sekedar buang air kecil. Bahkan Rasulullah sampai mengumpulkan lima waktu shalat dalam satu waktu. Iman. Dimensi keyakinan yang tak ada ukuran. Akan menjadi pembeda respon yang dikeluarkan. Ternyata 'gangguan' inilah yang mengukur keimanan. Ketika mereka dikepung dari depan oleh pasukan pimpinan Quraisy. Ketika mereka dibayangi dari belakang pengkhianatan oleh kaum Yahudi. Ketika penglihatan terpana dan hati menyesak sampai ke tenggorokan. Lalu kaum muslimin berprasangka yang bukan-bukan.

Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata, "Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya belaka." (Q.S. Al Ahzaab : 12)

Sekali lagi, ini adalah dimensi iman. Mereka yang berpenyakit dalam hatinya akan berfikir mana mungkin kita bisa menaklukkan Yaman, Syria, dan Persia ? Sedang di rumah kami sendiri saat ini, di tanah kami sendiri waktu ini, di Madinah sendiri kala ini, berada dalam kesusahan akibat kepungan kaum musyrikin. Mana mungkin bisa menang ? Padahal makar besar ditujukan kepada kita oleh kaum Quraisy yang sedang mengepung mencoba bekerja sama dengan kaum Yahudi yang berada di dalam Madinah. Itulah perkataan kaum munafikin. Sila simak perkataan kaum mukmin yang juga diabadikan dalam Al-Qur'anul karim.

Dan tatkala orang - orang mukmin melihat golongan - golongan yang bersekutu itu, mereka berkata, "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita." Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan. (Q.S. Al Ahzab : 22)

Allah memberikan cobaan yang sama kepada mereka, namun ternyata keluar dua respon berbeda. Allah yang memberi 'gangguan' yang sama kepada mereka, namun keluar perkataan yang berbeda. Sama-sama dalam kepungan. Sama-sama ketakutan. Sama-sama kelaparan. Sama-sama kepayahan. Sama-sama dibayangi kematian. Sama-sama menghadapi makar lawan. Sama-sama bertemu musuh berhadapan. Sama-sama dijanjikan Rasulullah kemenangan. Iman, ya iman lah yang membedakan respon kaum mukmin dengan kaum munafikin. Iman yang membedakan orang percaya dengan janji Allah dan Rasul-Nya dengan orang yang berpenyakit dalam hatinya. Treatment yang sama, namun hasil berbeda. Hanya mereka yang beriman, yang akan membenarkan. Hanya mereka yang tenang, yang akan menang. Allah berikan cobaan kepada umat semakin lama semakin berat. Saudaraku, Islam telah dimuliakan dan akan dimenangkan Allah dari setiap agama. Ketika yang memusuhi Islam mengerahkan segala macam makar dan tipu daya. Ketika sudah tampak kebencian dari mulut dan tangan mereka. Maka bergembiralah, karena inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya. Belajar dari alam akhirnya kita paham. Jika malam datang maka kegelapan menjelang. Ketika semakin gelap, malam semakin pekat. Insya Allah fajar semakin dekat. Ya, fajar semakin dekat. Dan hanya yang mencintai, yang akan mengerti.

3 komentar:

This Time for Africa

Gereja Christuskirche saat senja di Windhoek, Namibia If you get down get up, oh oh When you get down get up, eh eh Tsamina mina z...