(Sumber gambar www.123people.com)
"Dalam fisika," tutur temanku mengingatkan. "terkadang sebuah
sistem perlu diberi gangguan agar bisa diamati." katanya meyakinkan.
Sederhananya sebuah logam dapat diketahui konduktivitas listriknya
ketika diberikan aliran listrik. Begitulah alam memberi
pelajaran dan memberi bahan perenungan. Sistem apapun itu, jika ingin
mengamati apa yang terkandung didalamnya, beri saja ia gangguan, lalu
kita lihat bagaimana sistem didalamnya merespon gangguan tersebut.
Begitupun dengan manusia, terkadang Allah memberi 'gangguan' kepada
manusia berupa sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta dan jiwa.
Dan ternyata setiap manusia memberi respon berbeda.
Adalah
Rasulullah mengabarkan janji dan berita gembira akan takluknya Syria
beserta istana merahnya, Persia beserta istana putihnya, dan Yaman
beserta gerbang - gerbang kotanya. Dan sang Rasul pun mengabarkan hal
tersebut bukan di saat bahagia atau di saat damai sentausa, tetapi
Beliau mengabarkan saat kaum muslimin Madinah berada dalam cobaan paling
berbahaya. Di perang Khandaq, ketika sedang menggali parit. Perang
Khandaq adalah peperangan terberat yang dialami kaum muslimin Madinah.
Jika Badar mengharuskan berhadapan dengan karib kerabat sendiri dan
Allah karuniakan kemenangan. Jika Uhud mengharuskan menerima kenyataan
pahit syahidnya 70 sahabat dan dipergilirkan menerima kekalahan. Maka di
perang Khandaq inilah kaum muslimin berhadapan dengan seluruh kekuatan
yang bermusuhan dengan Islam. Saat kaum muslimin berkejaran dengan waktu
agar bisa menyelesaikan parit sebelum pasukan ahzaab yang terdiri
10.000 orang, pasukan yang terdiri dari Quraisy dan kabilah arab
musyrikin datang. Inilah perang paling berat, sampai - sampai para
sahabat tidak bisa meninggalkan posisi berjaga dalam perang, untuk
sekedar buang air kecil. Bahkan Rasulullah sampai mengumpulkan lima
waktu shalat dalam satu waktu. Iman. Dimensi keyakinan yang tak ada
ukuran. Akan menjadi pembeda respon yang dikeluarkan. Ternyata
'gangguan' inilah yang mengukur keimanan. Ketika mereka dikepung dari
depan oleh pasukan pimpinan Quraisy. Ketika mereka dibayangi dari
belakang pengkhianatan oleh kaum Yahudi. Ketika penglihatan terpana dan
hati menyesak sampai ke tenggorokan. Lalu kaum muslimin berprasangka
yang bukan-bukan.
Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata, "Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya belaka." (Q.S. Al Ahzaab : 12)
Sekali lagi, ini adalah dimensi iman. Mereka yang
berpenyakit dalam hatinya akan berfikir mana mungkin kita bisa
menaklukkan Yaman, Syria, dan Persia ? Sedang di rumah kami sendiri saat
ini, di tanah kami sendiri waktu ini, di Madinah sendiri kala ini,
berada dalam kesusahan akibat kepungan kaum musyrikin. Mana mungkin bisa
menang ? Padahal makar besar ditujukan kepada kita oleh kaum Quraisy
yang sedang mengepung mencoba bekerja sama dengan kaum Yahudi yang
berada di dalam Madinah. Itulah perkataan kaum munafikin. Sila simak
perkataan kaum mukmin yang juga diabadikan dalam Al-Qur'anul karim.
Dan tatkala orang - orang mukmin melihat golongan - golongan yang bersekutu itu, mereka berkata, "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita." Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan. (Q.S. Al Ahzab : 22)
Allah memberikan cobaan yang sama kepada mereka, namun
ternyata keluar dua respon berbeda. Allah yang memberi 'gangguan' yang
sama kepada mereka, namun keluar perkataan yang berbeda. Sama-sama dalam
kepungan. Sama-sama ketakutan. Sama-sama kelaparan. Sama-sama
kepayahan. Sama-sama dibayangi kematian. Sama-sama menghadapi makar
lawan. Sama-sama bertemu musuh berhadapan. Sama-sama dijanjikan
Rasulullah kemenangan. Iman, ya iman lah yang membedakan respon kaum
mukmin dengan kaum munafikin. Iman yang membedakan orang percaya dengan
janji Allah dan Rasul-Nya dengan orang yang berpenyakit dalam hatinya.
Treatment yang sama, namun hasil berbeda. Hanya mereka yang beriman,
yang akan membenarkan. Hanya mereka yang tenang, yang akan menang. Allah
berikan cobaan kepada umat semakin lama semakin berat. Ketika yang memusuhi Islam mengerahkan segala macam makar dan tipu daya. Ketika sudah tampak kebencian dari mulut dan tangan mereka. Maka bergembiralah, karena inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya. Belajar dari
alam akhirnya kita paham. Jika malam datang maka kegelapan menjelang.
Ketika semakin gelap, malam semakin pekat. Insya Allah fajar semakin
dekat. Ya, fajar semakin dekat.
Dan hanya yang mencintai, yang
akan mengerti.
suka !
BalasHapus:D
HapusSuka ama siapa gam ? :P
bahasanya cantik. saya mengerti ._.
BalasHapus