Minggu, 25 Maret 2018

I told you, I'd move on.



I told you,
I'd let you go someday.
Honestly, it was the hardest thing i've ever done but it was worth it.
For me, for my heart.
You hurt me so bad.
You killed my trust,
you changed me.

I knew I could be strong enough to let you go.
I knew it and I did it.
I can't explain how proud I am.
Because, I'm the only one who knows how much you hurt me.
But here I'm now,
healing.

We may love the wrong person,
cry for the wrong person,
but one thing is sure,
mistake will help us to find the right person someday.

Rabu, 21 Maret 2018

Sofia dan menjadi warga dunia

Park Borisova Gradina (dok.pribadi)

Menjejak benua Eropa merupakan salah satu impian terliar saya. Dan saya mendapatkan kesempatan itu saat diberikan tugas ke luar negeri dalam rangka mengikuti Interregional Training Course on Siting Methodology for Pre-Disposal and Disposal Facilities di Sofia, Bulgaria pada tanggal 6 - 9 Maret 2018. Waktu sudah memasuki bulan Maret saat itu namun tampaknya sisa sisa dari musim dingin masih terlihat berupa tumpukan salju disana sini. Meski termasuk Eropa Timur dan termasuk negara negara di semenanjung Balkan. Tapi saya menikmatinya, mengunjugi setiap bangunan bersejarah didalamnya. Menyelami bahwa ratusan tahun lalu disini merupakan bagian dari Kekhalifahan Ottoman Turki. Dan sekarang peninggalannya hanya Masjid satu satunya di pusat kota yakni Masjid Banyi Bashi yang diarsiteki oleh Mimar Sinan. Arsitek terkenal pada masanya.

Masjid Banya Bashi (dok.pribadi)
Pengalaman ke luar negeri kali ini adalah yang kedua bagi saya setelah pertama kali pada tahun 2012 mendapat kesempatan mengikuti School Strangeness of Nuclear Physics di Sendai, Jepang. Butuh waktu 6 tahun untuk saya bisa mendapatkan kesempatan lagi ke luar negeri.
Namun kali ini berbeda, kalau dulu saya sebagai student yang murni research (di Jepang melakukan presentasi hasil skripsi S1 saya) maka penugasan luar negeri kali ini saya memakai baju sebagai ASN (Aparatur Sipil Negara). Seorang abdi negara yang ditugaskan negara untuk belajar dan bergaul di dunia internasional. Ada kebanggaan tersendiri saat menunjukkan paspor biru Indonesia. Disitu tertulis Official of the Nuclear Energy Regulatory Agency (NERA adalah nama internasional dari BAPETEN). Mengemban tugas negara memaksa kita harus mendapatkan hasil untuk negara dari setiap penugasan yang diterima.

Hari terakhir training course, suhu udara 4 - 9 derajat celcius
Menjadi warga dunia. Itulah yang saya rasakan semakin lama saya bekerja di BAPETEN. Mungkin belum banyak yang mengenal BAPETEN. BAPETEN adalah Badan Pengawas Tenaga Nuklir yang memiliki peran sebagai Regulatory Body memiliki kewenangan dalam membuat peraturan mengadakan perizinan dan melakukan inspeksi terhadap pemanfaatan tenaga nuklir. Organisasi dunia yang terkait dengan tenaga nuklir adalah IAEA (International Atomic Energy Agency). Banyaknya kerjasama dengan negara negara lain, dan ikut berkontribusinya Indonesia dalam proyek - proyek IAEA membuat saya memiliki kesempatan bertemu dengan orang - orang dari berbagai bangsa, kepribadian, keilmuan dan lainnya.

Peserta Training Course dari berbagai negara
Training Course yang sedang berlangsung
Kembali ke Sofia, negeri ini memiliki abjad cyrillic seperti Rusia. Tapi, jangan pernah coba coba bertanya tentang hal itu ke orang Bulgaria, karena merupakan hal yang membuat mereka marah. Kegiatan ini diselenggarakan oleh IAEA dengan panitia lokal dari Bulgarian Nuclear Regulatory Agency (BNRA). Jumlah penduduk mereka tidak sampai 8 juta jiwa. Negara ini memiliki PLTN sebagai salah satu sumber listriknya. Transportasi di Sofia terdapat trem, metro (kereta listrik) dan yang paling menarik perhatian saya adalah bus listrik.

Bus bertenaga listrik dapat dilihat dari antena panjang yang menyentuh kabel bertegangan mirip Commuter Line di Jakarta

Teknologi memudahkan konektivitas antar negara bahkan benua. Tantangan saat ini bukan lagi persaingan antar individu dalam satu negara tetapi sudah antar negara. Menjadi warga dunia, ikut serta dalam berkontribusi menjadi bagian dari solusi permasalahan dunia. Hal ini lah yang mungkin kecil tapi membakar semangat didalam dada. Apalagi membawa nama Indonesia. 

_________________________________________________________________________________
Ah.. Jadi teringat saat masih mahasiswa. 
Kata kata yang selalu menggetarkan dada.
"Betapa inginnya kami agar bangsa ini mengetahui.
Bahwa mereka lebih kami cintai dari diri kami sendiri."

This Time for Africa

Gereja Christuskirche saat senja di Windhoek, Namibia If you get down get up, oh oh When you get down get up, eh eh Tsamina mina z...