Selasa, 11 Desember 2018

Autumn I'm in Love

"Autumn, the season that teaches us that change can be beautiful"
-anonym-

Bisa dibilang ini adalah perjalanan impian yang menjadi kenyataan. Hal ini dimulai ketika ada GATF (Garuda Indonesia Travel Fair) di JCC Senayan pada pertengahan April 2018. Disitu kita hunting tiket garuda ke Osaka, kebetulan juga kita udah riset dari jauh jauh hari kalau peak autumn di region kansai itu dimulai dari mid November s.d early December. Jadi lah kita ke GATF dengan bermodal tanggal berangkat dan pulang serta modal duit juga.. hehehehe... 
Pemandangan daun maple yang memerah menjadi atraksi utama musim gugur


Biasanya tiket Garuda ke Osaka Jepang itu normal kisaran 9 Juta/orang PP, inget ya per orang, sedangkan kita cuma megang 10 juta itu juga buat 2 orang. Seharian kita disana pindah dari satu travel ke travel lain bela belain sampe nunggu happy hour dan dapet lah tiket PP Jakarta - Osaka dengan keberangkatan 23 November 2018 dan pulang 30 November dengan harga Rp 9.780.000. Loh kok sama aja, tenang harga segitu itu untuk 2 orang jadi per orangnya kena 4.9 juta PP. 
Notifikasi SMS Banking Mandiri ketika pembayaran tiket
Sebagai perbandingan, dulu gue pertama kali ke Jepang naik AA itu udah yang paling murah, ga dapet makan, kalo tambah bagasi kena charge itu biayanya 4.3 juta tahun 2012. Sekarang dapet tiket 4.9 juta dapet makan , dapet bagasi extra dan bisa masuk lounge plus 1 org  (karena GFF gua dah platinum :p) itu rasanya bahagia bangat. Oiya kalo mau tau di travel mana, nama travelnya AntaVaya hasil kek ninja hatori pindah sana pindah sini nebalin muka nanya harga tiket buat dua orang di kisaran tanggal pertengahan november sampai awal desember itu kena berapa.  Sebenernya ada harga yang lebih murah lagi yakni 2.7 juta PP tapi itu ngantrinya dari pagi dan cuma beberapa kursi doang.

Ini Event GATF yang gua datengin, kebetulan juga gua nasabah Bank Mandiri. Karena bayarnya harus pake Mandiri.
Okey, kita dapet tiket Jakarta - Osaka tanggal 23 November 2018 dengan keberangkatan jam 16.25 sore dan sampai di Denpasar untuk transit jam 19.30 dilanjutkan berangkat dari Denpasar jam 00.40 sampai Osaka jam 08.30. Sedangkan kepulangan dapet tanggal 30 November 2018 jam 11.00 dari Kansai Airport sampai Denpasar jam 17.20 dilanjut ke Jakarta dari jam 19.40 sampai dengan 20.45. Di Event GATF ini juga kita sekalian pesen Wifi Pocket kebetulan lagi ada promo dari Passpod.id, disitu kita sewa pocket wifi selama 6 hari dari tanggal 24 November sampai dengan 29 November 2018 dengan biaya 806 ribu, dengan rincian sewa 6 hari sebesar 360 ribu ditambah deposit 500 ribu dan diskon 54 ribu. Deposit akan dikembalikan begitu wifi pocket sudah dikembalikan ke Passpod.id. Wifi Pocket juga dikirimkan 1 minggu sebelum keberangkatan ke alamat kita, makanya pastikan alamat yang kita tulis benar dan lengkap. Selain pengiriman lewat paket, opsi lainnya kita bisa mengambil wifi pocket di Bandara namun harus konfirmasi jauh jauh hari.


Tiket aman, selanjutnya Paspor dan Visa ke Jepang. Kebetulan Paspor udah bikin dari 2016, kita bikin e-Passport di Imigrasi Klas 1 Jakarta Pusat, harganya sih 600 ribuan atau sekitar 2 kali lipat dari buat Paspor biasa tapi dengan adanya kebijakan bebas visa dari Negara Jepang kepada pemilik e-Passport membuat ini jadi pilihan yang bagus, terbukti pas kita urus visa 1 bulan sebelum keberangkatan, kita hanya diminta nyerahin e-Passport untuk didaftarkan visa waiver jepang dan cuma mengisi 1 formulir aja, terus tunggu sebentar jadi deh. Visa waiver yang dikasih juga multiple entry, jadi kita boleh beberapakali kunjungan ke Jepang dalam rentang 3 tahun selama e-Passport masih berlaku dan dengan masa tinggal maksimal 2 minggu setiap kunjungan ke Jepang.

So tiket sudah, e-Passport yang sudah terdaftar di kedubes Jepang sudah, tinggal persiapan hotel sama atraksi disana. Total untuk persiapan awal itu berarti tiket Rp. 9.780.000 + Wifi Pocket Rp. 806.000 + e-Passport 2 orang Rp. 1.200.000 + visa jepang (gratis).

Maison Fushimi

Berikutnya booking penginapan, dimana kita merencanakan menginap 3 hari di Kyoto dan 3 hari di Osaka. Kita mencari penginapan di Booking.com dan didapat penginapan guest house Maison Fushimi di Kyoto dan Hotel WBF Kitasemba West di Osaka. Biaya penginapan di Maison Fushimi sebesar 30.000 Yen selama 3 malam sedangkan di Hotel WBF Kitasemba 26.844 Yen hotel bintang 3. Kok lebih mahal Kyoto dibanding Osaka ? Udah mahal dapetnya bukan hotel lagi. Yap, Kyoto soalnya sudah destinasi wisata makanya sulit cari hotel dengan harga terjangkau. Nah untuk pembayaran dilakukan saat sudah sampai hotel, namun karena pake booking.com jadi harus ada guarantee kartu kredit ketika booking. Jadi total penginapan dari tanggal 24 s.d 30 November sebesar 56.844 yen. Dengan kurs ketika itu sekitar 130 Rupiah per 1 Yen. Sehingga persiapan biaya untuk penginapan sekitar 7.4 Juta.



Memakai Kimono di Kyoto
Setelah itu apalagi pengeluaran sebelum keberangkatan ? Atraksi, nah kalo ini opsional cuma ada yang wajib kami ingin coba yakni sewa kimono sepasang. Kita sewa satu kimono perempuan tanpa hairset biaya Rp.471.656  dan satu kimono laki laki dengan biaya  Rp.358.501. Dimana pesannya ? Itu kita pesan lewat Traveloka, di Kyoto Kimono Experience, nanti kita ke Kyoto Kimono Rental Wargo kalo web asli rental kimononya disini. Jadi total sewa kimono untuk sepasang laki perempuan sebesar Rp. 830.157.


Selain kimono, kita juga ingin berkunjung ke Osaka Aquarium Kaiyukan. Sebenernya cuma penasaran liat ikan Hiu Paus didalam Akuarium. Harga tiket untuk 2 orang sebesar Rp.580.134 kita beli lewat Traveloka. Nanti tinggal scan barcode saja untuk masuk dan jangan lupa untuk di print tiketnya.

Sebenernya ada satu lagi atraksi yang pengen kita pesen yaitu Sagano Romantic Train, tapi ternyata sudah penuh semua di tanggal yang kita pengen, untungnya disediaan satu gerbong tambahan dengan tiket on the spot. Jadi kita milih beli on the spot aja di Stasiun Saga. 

Nah pengeluaran yang penting lainnya adalah transportasi selama disana. Transportasi populer di Jepang adalah kereta api, banyak jenis kereta api dari mulai level commuter line, rapid, express, sampai shinkansen. Banyak pilihan pass yang bisa kita pilih, dari JR Pass yang mengcover seluruh Jepang dan bisa naik shinkansen juga, JR region kansai saja ada dua JR Kansai Pass dan JR Kansai Wide Pass, selain JR (Japan Rail) ada banyak perusahaan kereta swasta lain yang menawarkan pass lain. Karena kita itinerary berkisar region Kansai  dan ke beberapa kota seperti Osaka, Kyoto, Tsuruga, Himeji dan Nara (sayang karena keterbatasan waktu kita ga sempet ke Nara) maka kita ambil JR Kansai Pass bukan yang JR Kansai Wide Pass. JR Kansai Pass ini memungkinkan kita untuk naik kereta api di JR Line multiple entry, dan bisa naik kereta jenis Kansai-airport Express HARUKA dengan kursi non-reserved, Special Rapid Services, Rapid Services dan Local Train di area JR-West Kansai. Adapun kita memesan tiket untuk 7 hari, harga tiket 4 hari sebesar 6300 yen dan tiket 3 hari sebesar 5300 yen. Total untuk 7 hari sebesar (6300 + 5300) x 2 orang yakni sebesar 23.200 yen dengan kurs rupiah 130 rupiah/yen maka untuk transportasi sebesar Rp.3.016.000. Harga ini untuk pemesanan diluar jepang, kalau beli langsung ketika sudah di Jepang itu harganya lebih mahal 100 yen jadi lebih baik beli di Indonesia dan banyak travel yang jual JR Pass ini di Indonesia,  kita beli di JR Pass Indonesia kebetulan agen travel tersebut berkantor di daerah Harmoni bisa dijangkau dengan berjalan kaki dari kantor kami. Jadi, ketika sampai Kansai Airport tinggal tuker voucher dengan tiket JR Pass. Catatan bahwa JR Pass ini berlaku tanggal kalender bukan jam. 

Fase persiapan selesai... next part kita share itinerary...


Minggu, 25 Maret 2018

I told you, I'd move on.



I told you,
I'd let you go someday.
Honestly, it was the hardest thing i've ever done but it was worth it.
For me, for my heart.
You hurt me so bad.
You killed my trust,
you changed me.

I knew I could be strong enough to let you go.
I knew it and I did it.
I can't explain how proud I am.
Because, I'm the only one who knows how much you hurt me.
But here I'm now,
healing.

We may love the wrong person,
cry for the wrong person,
but one thing is sure,
mistake will help us to find the right person someday.

Rabu, 21 Maret 2018

Sofia dan menjadi warga dunia

Park Borisova Gradina (dok.pribadi)

Menjejak benua Eropa merupakan salah satu impian terliar saya. Dan saya mendapatkan kesempatan itu saat diberikan tugas ke luar negeri dalam rangka mengikuti Interregional Training Course on Siting Methodology for Pre-Disposal and Disposal Facilities di Sofia, Bulgaria pada tanggal 6 - 9 Maret 2018. Waktu sudah memasuki bulan Maret saat itu namun tampaknya sisa sisa dari musim dingin masih terlihat berupa tumpukan salju disana sini. Meski termasuk Eropa Timur dan termasuk negara negara di semenanjung Balkan. Tapi saya menikmatinya, mengunjugi setiap bangunan bersejarah didalamnya. Menyelami bahwa ratusan tahun lalu disini merupakan bagian dari Kekhalifahan Ottoman Turki. Dan sekarang peninggalannya hanya Masjid satu satunya di pusat kota yakni Masjid Banyi Bashi yang diarsiteki oleh Mimar Sinan. Arsitek terkenal pada masanya.

Masjid Banya Bashi (dok.pribadi)
Pengalaman ke luar negeri kali ini adalah yang kedua bagi saya setelah pertama kali pada tahun 2012 mendapat kesempatan mengikuti School Strangeness of Nuclear Physics di Sendai, Jepang. Butuh waktu 6 tahun untuk saya bisa mendapatkan kesempatan lagi ke luar negeri.
Namun kali ini berbeda, kalau dulu saya sebagai student yang murni research (di Jepang melakukan presentasi hasil skripsi S1 saya) maka penugasan luar negeri kali ini saya memakai baju sebagai ASN (Aparatur Sipil Negara). Seorang abdi negara yang ditugaskan negara untuk belajar dan bergaul di dunia internasional. Ada kebanggaan tersendiri saat menunjukkan paspor biru Indonesia. Disitu tertulis Official of the Nuclear Energy Regulatory Agency (NERA adalah nama internasional dari BAPETEN). Mengemban tugas negara memaksa kita harus mendapatkan hasil untuk negara dari setiap penugasan yang diterima.

Hari terakhir training course, suhu udara 4 - 9 derajat celcius
Menjadi warga dunia. Itulah yang saya rasakan semakin lama saya bekerja di BAPETEN. Mungkin belum banyak yang mengenal BAPETEN. BAPETEN adalah Badan Pengawas Tenaga Nuklir yang memiliki peran sebagai Regulatory Body memiliki kewenangan dalam membuat peraturan mengadakan perizinan dan melakukan inspeksi terhadap pemanfaatan tenaga nuklir. Organisasi dunia yang terkait dengan tenaga nuklir adalah IAEA (International Atomic Energy Agency). Banyaknya kerjasama dengan negara negara lain, dan ikut berkontribusinya Indonesia dalam proyek - proyek IAEA membuat saya memiliki kesempatan bertemu dengan orang - orang dari berbagai bangsa, kepribadian, keilmuan dan lainnya.

Peserta Training Course dari berbagai negara
Training Course yang sedang berlangsung
Kembali ke Sofia, negeri ini memiliki abjad cyrillic seperti Rusia. Tapi, jangan pernah coba coba bertanya tentang hal itu ke orang Bulgaria, karena merupakan hal yang membuat mereka marah. Kegiatan ini diselenggarakan oleh IAEA dengan panitia lokal dari Bulgarian Nuclear Regulatory Agency (BNRA). Jumlah penduduk mereka tidak sampai 8 juta jiwa. Negara ini memiliki PLTN sebagai salah satu sumber listriknya. Transportasi di Sofia terdapat trem, metro (kereta listrik) dan yang paling menarik perhatian saya adalah bus listrik.

Bus bertenaga listrik dapat dilihat dari antena panjang yang menyentuh kabel bertegangan mirip Commuter Line di Jakarta

Teknologi memudahkan konektivitas antar negara bahkan benua. Tantangan saat ini bukan lagi persaingan antar individu dalam satu negara tetapi sudah antar negara. Menjadi warga dunia, ikut serta dalam berkontribusi menjadi bagian dari solusi permasalahan dunia. Hal ini lah yang mungkin kecil tapi membakar semangat didalam dada. Apalagi membawa nama Indonesia. 

_________________________________________________________________________________
Ah.. Jadi teringat saat masih mahasiswa. 
Kata kata yang selalu menggetarkan dada.
"Betapa inginnya kami agar bangsa ini mengetahui.
Bahwa mereka lebih kami cintai dari diri kami sendiri."

This Time for Africa

Gereja Christuskirche saat senja di Windhoek, Namibia If you get down get up, oh oh When you get down get up, eh eh Tsamina mina z...