Sabtu, 23 Maret 2013

Menembus batas tidak suka

sumber gambar : http://et.concord.org/

Seorang dosen memasuki kelas dengan membawa dua gelas aqua dan dua buah spidol tanpa membawa textbook , penampilannya pun sederhana dengan memakai kemeja putih lengan panjang dan itupun lengannya digulung sampai siku serta kemeja yang tidak dimasukkan kedalam celana panjang hitamnya. Tetapi mata kuliah yang dibawakan adalah mata kuliah yang mendengarnya saja merupakan momok bagi sebagian mahasiswa fisika yakni Mekanika Kuantum. 

Dosen tersebut mengajar dengan menurunkan rumus Mekanika Kuantum yang panjangnya sampai – sampai dua papan tulis pun tak mampu memuat dan itu dilakukan tanpa melihat textbook sama sekali, seolah-olah penurunan rumus yang jika ditulis di kertas HVS bisa sampai berlembar-lembar sudah menempel di kepalanya. Diantara rumus – rumus panjang tersebut terselip bab yang cukup menarik bagi saya, yakni tunneling effect. Ketika sebuah partikel yang datang dengan energi lebih kecil dibanding dinding potensial (potential barrier), maka partikel tersebut akan dipantulkan, namun selain dipantulkan, ternyata ada partikel yang diteruskan.

Dengan kata lain, partikel dapat menembus dinding potensial meskipun energi kinetiknya lebih kecil daripada dinding potensial. Hal ini tidak mungkin dalam mekanika klasik. Adanya partikel berenergi lebih kecil yang dapat menembus dinding potensial yang memiliki energi lebih besar, inilah yang dikenal dengan sebutan efek terobosan (tunneling effect). Kita tidak akan membahas kenapa hal tersebut bisa terjadi, tetapi kita mengambil pelajaran bahwa alam mengizinkan kita untuk dapat menembus dinding penghalang didepan kita meski energi yang kita punya lebih kecil dibanding dinding yang menjadi penghalang kita.

Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(Q.S. Al Baqarah [2] : 284)

Sebuah ayat yang mengandung konsekuensi berat, dimana Allah akan membuat perhitungan setiap perbuatan kita baik yang lahir maupun yang tersembunyi dalam hati. “Tatkala ayat ini,” tutur Abu Hurairah, “Diturunkan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam, maka hal itu sangat menyulitkan para sahabat beliau.” Abu Hurairah melanjutkan seperti yang diriwayatkan Imam Ahmad.
            “Mereka menemui Rasulullah. Mereka berlutut seraya berkata, 'Ya Rasulullah, kami telah dibebani berbagai amal yang dapat kami kerjakan seperti shalat, shaum, jihad, dan sedekah. Sekarang ayat itu diturunkan kepada engkau, dan kami tak sanggup mengamalkannya.'
            Maka Rasulullah bersabda, 'Apakah kamu hendak mengatakan apa yang telah dikatakan oleh Ahli Kitab terdahulu, yaitu Sami'na wa ashoina (kami mendengar namun kami mendurhakainya) ?'
            Namun katakanlah olehmu, 'Sami'na wa atho'na (kami mendengar dan kami ta'at). Ghufranaka Rabbana wa ilaikal mashir (Ampunilah kami, ya Tuhan kami. Dan kepada Engkau-lah tempat kembali.)'”
           
Inilah mereka para shahabat yang menyadari energi mereka lebih kecil dibanding hukum syari'at yang terasa berat namun tak mengendurkan mereka untuk taat. Inilah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam yang mendapat pengaduan dari para sahabatnya, tidak memberikan keringanan kepada mereka meski begitu Rasulullah memberikan jalan keluar kepada para sahabat bagaimana cara melaluinya. Inilah salah satu contoh Rasulullah sebagai Rahmatan lil Alamin.

Setelah mereka mengamalkan ayat itu dan lidah mereka sudah terbiasa dengan ucapan Sami'na wa atho'na, Ghufranaka Rabbana wa ilaikal mashir. Maka Allah menganugerahkan rahmat-Nya dengan menurunkan dua ayat agung selanjutnya.

Rasul telah beriman kepada al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Rabb-nya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, dan Rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan) : 'Kami tidak membedakan-bedakan antara seorang pun (dengan yang lain) dari Rasul-rasul-Nya', dan mereka mengatakan : 'Kami dengar dan kami taat.' (Mereka berdoa) : 'Ampunilah kami ya Rabbana dan kepada Engkau-lah tempat kembali.'
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala dari (kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa),'Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami khilaf. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.”
(Q.S. Al Baqarah [2] : 285 - 286)

Dan sekarang kita bisa meneladani para sahabat dalam bersusah payah menaati syariat. Tatkala ayat pengharaman khamar turun, serta merta jalan – jalan kota Madinah basah dibanjiri dengan persediaan khamar yang mereka tumpahkan dengan suka rela. Sami'na wa atho'na. Ghufranaka Rabbana wa ilaikal mashir.

Tatkala ayat hijab turun, serta merta para muslimah menyambar apa saja kain didekat mereka untuk dijadikan hijab yang menutupi aurat mereka. Sami'na wa atho'na. Ghufranaka Rabbana wa ilaikal mashir.

Tatkala ayat perubahan kiblat turun, serta merta mereka merubah arah shalat mereka 180 derajat dari menghadap utara ke Baitul Maqdis menuju arah selatan ke Baitullah Ka'bah  sehingga kita mengenal masjid Qiblatain (yang memiliki dua kiblat) sebagai saksi sejarah ketaatan mereka. Sami'na wa atho'na. Ghufranaka Rabbana wa ilaikal mashir.
           
Sesadar para sahabat, seberapapun kecil energi kita untuk taat, tembuslah batas tidak suka kita terhadap syariat. Hingga nanti, seberat apapun syariat, kita tetap bergairah untuk taat. Seperti yang alam contohkan, karena pilihannya hanya ada dua, memantul kembali ketika dihadapkan dengan syariat, atau menembus batas tidak suka untuk kemudian mendengar dan taat.


____________________________________________________________
Wahai Yang Maha Kuasa, sesungguhnya aku telah berusaha menginsyafi Engkau sejauh kemampuanku. Aku memohon pengampunan-Mu.” 
(Umar Khayyam)

8 komentar:

  1. Subhanallah..
    Alhamdulillah..terimakasih ya Allah telah Kau Pertemukanku dgn blogger muda ini..
    Keep sharing.
    Jzkh khr.
    Salam dr Eyang di NL.

    BalasHapus
  2. Subhanallah.. bimbing kami ya rabb dengan tiada batas..Aamiin

    BalasHapus
  3. Subhanallah.. bimbing kami ya rabb dengan tiada batas..Aamiin

    BalasHapus
  4. Sami'na wa atho'na. Ghufranaka Rabbana wa ilaikal mashir.

    BalasHapus
  5. Alhamdulillah... ya Allah tunjukkanlah jalan yang Engkau Ridhoi

    Sami'na wa atho'na. Ghufranaka Rabbana wa ilaikal mashir.

    BalasHapus
  6. Masya Allah.. artikelnya inspiratif Pak

    BalasHapus

This Time for Africa

Gereja Christuskirche saat senja di Windhoek, Namibia If you get down get up, oh oh When you get down get up, eh eh Tsamina mina z...