Furat bin as Saib berkata:
Umar bin Abdul Aziz berkata kepada isterinya Fathimah binti Abdul Malik, "Pilihlah olehmu, kau kembalikan harta perhiasan ini ke Baitul Mal atau kau izinkan saya meninggalkanmu untuk selamanya. Sebab saya sangat benci jika saya, kamu dan perhiasan ini berada dalam satu rumah."
kita berhenti sejenak tuk merenung, permintaan seorang suami kepada isterinya..
Seorang suami yang saat itu menjabat khalifah kaum muslim.
Permintaan sederhana,
menyerahkan perhiasan kalung berupa mutiara ke Baitul Maal.
Perhiasan yang merupakan satu satunya peninggalan ayahnya, Abdul Malik.
Perhiasan yang menjadi hadiah untuk pernikahan Umar dengan Fathimah.
Kita lihat apa jawaban Fathimah terhadap permintaan suaminya.
Fathimah menjawab, "Saya memilih kamu daripada mutiara ini, bahkan jika lebih dari itu pun saya tetap memilih kamu." kemudian Umar memerintahkan salah seorang untuk membawa isterinya itu ke Baitul Mal.
Luar biasa, pengorbanan Fathimah.
Lalu datanglah masa Umar bin Abdul Aziz meninggal, lalu kekhalifahan diganti oleh Yazid bin Abdul Malik. Saudara Fathimah binti Abdul Malik.
Justru disitu cobaan terbesar Fathimah ketika Yazid datang kepadanya seraya berkata, "Jika kau mau, saya akan ambil perhiasan-perhiasanmu itu kembali."
Sebuah tawaran yang indah, toh tak ada yang melarang. Dan disinilah jiwa yang terisi cinta yang dipenuhi kesetiaan menjawab," Tidak, tidak mungkin itu saya lakukan. Bagaimana mungkin saya menyatakan rela pada saat dia masih hidup namun saya menarik kerelaanku disaat dia sudah meninggal."
Lembut dan jawaban yang mengisyaratkan kesetiaan sejati.
Bagi orang yang mencinta arti sebuah kesetiaan adalah sikap setelah berpisah dengan orang yang dicintai tetap dalam keadaan diridhai orang yang dicintai sebelum berpisah. Itulah setia.
Umar bin Abdul Aziz berkata kepada isterinya Fathimah binti Abdul Malik, "Pilihlah olehmu, kau kembalikan harta perhiasan ini ke Baitul Mal atau kau izinkan saya meninggalkanmu untuk selamanya. Sebab saya sangat benci jika saya, kamu dan perhiasan ini berada dalam satu rumah."
kita berhenti sejenak tuk merenung, permintaan seorang suami kepada isterinya..
Seorang suami yang saat itu menjabat khalifah kaum muslim.
Permintaan sederhana,
menyerahkan perhiasan kalung berupa mutiara ke Baitul Maal.
Perhiasan yang merupakan satu satunya peninggalan ayahnya, Abdul Malik.
Perhiasan yang menjadi hadiah untuk pernikahan Umar dengan Fathimah.
Kita lihat apa jawaban Fathimah terhadap permintaan suaminya.
Fathimah menjawab, "Saya memilih kamu daripada mutiara ini, bahkan jika lebih dari itu pun saya tetap memilih kamu." kemudian Umar memerintahkan salah seorang untuk membawa isterinya itu ke Baitul Mal.
Luar biasa, pengorbanan Fathimah.
Lalu datanglah masa Umar bin Abdul Aziz meninggal, lalu kekhalifahan diganti oleh Yazid bin Abdul Malik. Saudara Fathimah binti Abdul Malik.
Justru disitu cobaan terbesar Fathimah ketika Yazid datang kepadanya seraya berkata, "Jika kau mau, saya akan ambil perhiasan-perhiasanmu itu kembali."
Sebuah tawaran yang indah, toh tak ada yang melarang. Dan disinilah jiwa yang terisi cinta yang dipenuhi kesetiaan menjawab," Tidak, tidak mungkin itu saya lakukan. Bagaimana mungkin saya menyatakan rela pada saat dia masih hidup namun saya menarik kerelaanku disaat dia sudah meninggal."
Lembut dan jawaban yang mengisyaratkan kesetiaan sejati.
Bagi orang yang mencinta arti sebuah kesetiaan adalah sikap setelah berpisah dengan orang yang dicintai tetap dalam keadaan diridhai orang yang dicintai sebelum berpisah. Itulah setia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar